Seminar “Penguatan Psikologi Gender: Perspektif Agama dan Sosial” Hadirkan Rektor ISIF Cirebon sebagai Narasumber
Seminar “Penguatan Psikologi Gender: Perspektif Agama dan Sosial” Hadirkan Rektor ISIF Cirebon sebagai Narasumber

Bandung, 24 September 2025 — Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung menyelenggarakan seminar dengan tema “Gender dalam Gerakan Transformasi Perempuan: Perspektif Agama dan Sosial” pada hari Rabu, 24 September 2025 di Auditorium Fakultas Psikologi. Acara ini dihadiri oleh jajaran pimpinan fakultas, para dosen, tenaga kependidikan, serta mahasiswa yang antusias mengikuti jalannya seminar hingga akhir sesi.

Kegiatan dibuka pukul 09.00 WIB oleh Prof. Dr. Hj. Ulfiah, M.Si., CPCE., MCE., Dekan Fakultas Psikologi UIN Bandung. Dalam sambutannya, beliau menegaskan pentingnya memaknai peran masing-masing dalam kehidupan sosial maupun akademik.

“Kita sama-sama memaknai peran masing-masing. Karena hakikatnya semua manusia sama di mata Allah SWT, hanya ketakwaan yang membedakannya,” ujarnya di hadapan peserta.

Kehadiran para pimpinan fakultas seperti, ketua program studi, sekretaris prodi, ketua laboratorium, ketua unit layanan dan pengabdian, serta para dosen menunjukkan komitmen institusi untuk mengintegrasikan perspektif gender ke dalam kebijakan akademik. Antusiasme mahasiswa yang memenuhi auditorium semakin menambah semarak suasana, mencerminkan besarnya perhatian generasi muda terhadap isu kesetaraan gender.

Narasumber: KH. Marzuki Wahid, M.A., Rektor  Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon

 

 

Seminar ini menghadirkan narasumber utama, Dr. K.H. Marzuki Wahid, M.A., Rektor Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon periode 2024–2028. Dalam pemaparannya, beliau menekankan bahwa tujuan utama studi gender adalah melawan ketidakadilan gender yang umumnya masih banyak dialami perempuan dalam berbagai aspek kehidupan. Menurutnya, ketidaksetaraan tidak hanya terjadi di ranah sosial, melainkan juga sering terinternalisasi dalam budaya dan tafsir keagamaan yang bias. Oleh karena itu, studi gender harus dijadikan instrumen kritis untuk menghadirkan keadilan dan kesetaraan sebagaimana prinsip Islam yang menempatkan manusia pada posisi yang sama di hadapan Allah SWT.

Beliau juga mendorong agar gerakan transformasi perempuan tidak hanya sebatas wacana, tetapi diwujudkan melalui pembelajaran di kelas, riset akademik, dan pengabdian masyarakat. Di Fakultas Psikologi UIN Bandung sendiri, pemahaman gender telah diimplementasikan dalam bentuk mata kuliah Psikologi Gender, yang menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mempelajari isu-isu kesetaraan secara ilmiah dan aplikatif.

Diskusi

Dalam sesi tanya jawab, seorang mahasiswa mengajukan pertanyaan mengenai bagaimana membedakan konsep keadilan, kesetaraan, dan kesamaan dalam diskusi gender dan tafsir gender terkait pembagian waris dalam Al-Qur’an. Menanggapi hal tersebut, KH. Marzuki Wahid menjelaskan bahwa keadilan berarti menempatkan seseorang sesuai hak dan kebutuhannya, kesetaraan adalah pengakuan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sama dalam harkat kemanusiaan, sementara kesamaan tidak selalu identik dengan perlakuan yang sama persis, melainkan proporsional sesuai konteksnya. Terkait pertanyaan pembagian waris antara laki-laki dan perempuan di dalam Al-Qur’an, KH Marzuki Wahid menjelaskannya dalam perspektif gender salah satu yang tersedia adalah “teori batas” (nazariyyat al-hudud) dari Syahrur, yaitu menjadikan hukum waris Qur’ani sebagai range (batas minimal-maksimal) bukan absolut, sehingga tetap mengedepankan perspektif kesetaraan gender. 

Beliau menambahkan,

“Setara itu pada posisi dan status, bukan selalu pada kuantitas ataupun bentuk. Kesetaraan tidak ditentukan oleh jumlah, melainkan oleh cara pandang. Ia tergantung pada frame berpikir kita. Kesetaraan mungkin tidak selalu bisa dilihat, tetapi bisa dirasakan dalam relasi yang adil,” jelasnya.

Seminar ini menjadi ruang penting bagi civitas akademika Fakultas Psikologi UIN Bandung untuk memperluas wawasan sekaligus meneguhkan komitmen dalam memperjuangkan keadilan dan kesetaraan gender. Kehadiran mahasiswa, dosen, dan pimpinan fakultas menegaskan bahwa kampus memiliki peran strategis dalam mencetak generasi yang mampu menjawab tantangan ketidakadilan sosial dengan berlandaskan ilmu pengetahuan dan nilai keagamaan.

WhatsApp
Facebook
Telegram
Email
Print
Twitter

Leave a Reply

Update Terbaru